Minggu, 29 April 2012

Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib Bab 3
Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib (3)
ILUSTRASI
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Periode ketiga, ditandai dengan lahirnya Nabi Muhammad (abad 6 M) di Makkah (Timur) sampai abad kebangkitan Eropa (abad 13 M).

Periode ini diawali dengan abad kegelapan Kristen Eropa sebagai akibat dominannya raja yang mengambil alih otoritas gereja. Periode ini juga ditandai dengan kelahiran seorang tokoh fenomenal, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Ia lahir dalam peta geografi yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh dua negara adidaya ketika itu, yaitu Kerajaan Romawi-Bizantium di Barat dan Kerajaan Sasania-Persia di Timur. Figur Nabi Muhammad menjadi central factor pada periode ini. Tentu yang amat penting dalam periode ini adalah kehadiran wahyu Alquran sebagai pedoman hidup.

Periode ini dilukiskan sebagai periode ideal untuk sejarah kemanusiaan, di mana ilmu dan agama menyatu dalam kehidupan umat manusia. Inilah yang menempatkan Nabi Muhammad sebagai The Best Leader dan The Best Manager sepanjang sejarah kemanusiaan, sebagaimana diungkapkan Michael Hart dan Thomas Carlyle.

Pada periode ini, banyak sekali prestasi kemanusiaan yang dapat dicatat, antara lain lahirnya tokoh-tokoh agama, seperti lahirnya empat Imam Mazhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, dan Ahmad Ibnu Hambal) dan tokoh-tokoh sains dan filsafat, bangkitnya kembali pemikiran dan filsafat ala Yunani, sehingga periode ini disebut periode filsafat Yunani II.

Masa kejayaan Islam terjadi ketika dunia Islam tidak mempertentangkan Timur dan Barat, tetapi melakukan sintesis positif antara keduanya, sesuai dengan hadis, "Al-hikmah dhalat al-mu'min fa haitsu wajadaha fa huwa ahaqq biha" (hikmah/kebaikan adalah milik orang yang beriman, di mana pun engkau jumpai, ambillah).

Ini juga sejalan dengan ayat berikut: "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 177).
Nabi pernah mengirim ekspedisi keilmuan ke Timur, khususnya Cina, yang terkenal dengan hadisnya, "Uthlub al-'ilm walau bi al-shin" (tuntutlah ilmu walau sampai ke tanah Cina). Pada kesempatan lain, Nabi mengutus diplomat dan ekspedisi keilmuan ke Barat, yang hasilnya dalam sejarah Nabi mendapatkan penghargaan dan apresiasi dari raja-raja Barat (Eropa).
Ini semua menjadi penting untuk dunia Islam. Jika ingin kembali menguasai masa depan, polarisasi Timur-Barat harus dihilangkan, sebagaimana terjadi pada masa the golden age.